Sabtu, 10 Januari 2009

Anger Management

Seharusnya entry ini ditulis sebagai entry pertama di tahun 2009, karena akan menjadi resolusi awal tahun baru.
Tapi, karena aku masih belum bisa mengatur kemarahanku (yang kupikir sudah), tulisan ini tertunda. :)

Marah,
ekspresi dari perasaan karena ketidaksukaan pada suatu hal, yang kalau tidak dikelola dengan baik akan berakibat fatal, terkadang menimbulkan penyesalan.
Hal itu terjadi padaku, dan salah satunya yang menimbulkan penyesalan adalah dihapusnya tulisan-tulisan pada blog ini, yang termuat di tahun 2008.

Anger Management atau pengelolaan marah,
satu kata yang familiar tapi sulit dilakukan.
Kulakukan pertama kali ketika aku berlibur akhir tahun 2008 kemarin.
Saat itu aku sedang berkumpul bersama kakak ku dan suaminya, adik ku, dan ibu ku. Seperti biasa, di tengah keluargaku, aku adalah sesosok pendiam, yang sulit, atau bahkan malas untuk mengungkapkan keinginan dan maksud ku. Sampai akhirnya terjadi salah paham.
Biasanya setelah itu terjadi, aku akan merasa terpojok, disalahkan, dianggap anak kecil, egois, dan aneh.
Aku marah, marah mengapa mereka tidak mengerti maksud ku bukan demikian. Marah, karena berharap mereka dapat membaca pikiranku.
Lalu kejadian ini akan berakhir : aku tetap diam, ngambek, tidak merasa bersalah, dan akhirnya mereka memberi penilaian bahwa aku belum dewasa. Aku membiarkan itu semua, karena seiring berjalannya waktu, mereka semua akan lupa.

Tetapi tidak waktu itu. Aku merasa salah, dan perasaan terbesar yang menghampiriku adalah, rasa malu yang teramat sangat. Aku terdiam cukup lama, berusaha mengatur emosi, menyingkiran ego dan harga diri. Dan ternyata itu sangat sulit, karena aku berpikir itu adalah suatu bentuk kekalahan.

Tapi akhirnya aku bisa. Aku mulai membuka pembicaraan, tersenyum, dan kukatakan bahwa bukan maksud ku memaksakan sesuatu. Dan kalau mereka berkeberatan, tidak apa-apa.
Setelah itu, keadaan mencair. Mereka mengerti pikiranku, bahkan menghargai apa yang kulakukan. Dan aku merasa senang sekali.

Aku menang, karena telah mengalah.

Jadi, kalau suatu hari kemarahan menghinggapi ku lagi, aku akan diam untuk berpikir lebih jernih, meredam ego dan harga diri, lalu akan memulai pembicaraan, bukan menunggu diajak bicara.
Mengalah bukan berarti kalah.
Karena untuk menjadi menang, tidak selalu harus tidak mau kalah.

Anger management,
memang sesuatu yang harus dilatih, agar kita menjadi terbiasa.

Dan pada akhirnya, menjadi lebih dewasa.

Tidak ada komentar: